Murni 83, Rumah Makan Sejak 1970an di Yogyakarta

Hiruk pikuk jalanan kecil kota Yogyakarta, pedagang gerobak lalu lalang, tempat makan sederhana dengan suasana rumahan, dan makanannya yang membawa lidah kita bernostalgia rasa.


Murni 83, membangkitkan kembali memori masa kecil saat makan bersama bapak dan ibu ketika saya berumur belasan tahun. Rindu. Satu kata yang langsung muncul dalam benak. Bagaimana tidak, begitu tiba di seberang rumah makan ini, saya langsung disambut tulisan di atas pagar dengan font khas jamannya. Pola pada pagar teralisnya pun tak luput dari pengelihatan.


Begitu masuk, langsung nampak dua orang wanita, yang satu sibuk menyiapkan makanan dan satunya lagi duduk di meja kasir. Tampak juga deretan motor yang parkir tepat di depan ruang makan. Tempat makan ini berada di pinggir jalan kecil, mereka tak memiliki akses parkir, oleh sebab itu semua motor pengunjung terparkir rapi di dalamnya.


Begini tampak depan ruang makan di Rumah Makan Murni 83. Ada hal yang seketika mengalihkan pandangan, corak trali dan ventilasinya mirip dengan yang ada di rumah lama saya. Rumah makan ini benar-benar ladangnya nostalgia. Semuanya mengingatkan saya tentang kenangan manis beberapa tahun silam.

Sesaat setelah masuk, saya memperhatikan ruang makan yang di dindingnya dihiasi kalender dan lukisan jadul (jaman dulu). Meski beberapa bagian tembok putihnya mengelupas, ruang makan ini terasa nyaman. Tegel putih yang menempel di tembok bagian bawahnya juga semakin membuat ruangan ini terkesan jadul.


Saya juga terkesan dengan model meja serta kursi yang disediakan disini. Benar-benar unik, berbeda dari kebanyakan rumah makan jadul. Karenanya, tempat makan ini semakin terlihat sederhana. Sehingga siapapun, mulai dari kalangan bawah hingga menengah bisa dengan nyaman makan disini. 



Begitu duduk, salah satu karyawan laki-laki menghampiri kami untuk memberi nomor meja dan dua lembar menu. Sore itu saya ditemani Mas Bagus dan Mas Dadad, kawan saya yang tinggal di Yogyakarta. 

Rumah makan ini menyediakan menu makanan khas Nusantara. Saya sempat terdiam sejenak karena bingung memilih makanan mana yang saya harus coba, semuanya sepertinya menarik untuk dicoba. Terlebih lagi terdapat gambar makanan dan minuman di menu yang menggugah selera. 

Setelah bertanya kepada dua kawan saya, mereka memberi saran untuk memesan Bestik Komplit yang katanya jadi menu favorit disini. Tapi tak cukup itu, saya juga memesan Nasi Bakmoy Ayam dan Es Setub Nanas. Sedangkan Mas Bagus memesan Gado-Gado Lontong. 



Alasan lain mengapa saya memesan menu Bestik ini adalah ingin mengobati rasa rindu akan menu serupa yang saya coba sewaktu di Solo. Sepiring Bestik Komplit ini dilengkapi sayur-sayuran, kentang goreng, dan telur mata sapi.

Setelah mencobanya, terasa perbedaan yang cukup berarti antara Bestik di rumah makan ini dengan yang saya coba di Solo. Dimulai dari kuahnya, Bestik Komplit ini memiliki rasa yang lebih ringan dan manis sedangkan Bestik di Solo memiliki rasa cenderung asam. Potongan kentang disini juga lebih kecil dari yang ada di Solo. Seingat saya juga telurnya tidak digoreng namun direbus. Daging bestik yang berbentuk mirip patty ini, empuknya pas. Jujur saya lebih suka dengan rasa Bestik versi Murni 83, rasa kuahnya meskipun ringan namun ada hint manis yang jadi rasa favorit saya.

  
Setelah puas menelisik rasa Bestik Komplit, saya lanjut untuk mencoba Nasi Bakmoy Ayam. Sederhananya, makanan ini berisi potongan tahu kecil-kecil, cincangan ayam, dan telur pindang. Saya cukup terkejut dengan penampakannya. Alih-alih berwarna cokelat sedikit keruh, kuah Nasi Bakmoy di Murni 83 punya tampilan yang berbeda yaitu kuahnya bening lebih mirip kuah soto ayam. Benar saja, setelah menyeruput kuah, rasanya seperti sedang makan soto ayam. Ringan namun cukup gurih. Cincangan daun seledri dan taburan bawang goreng sedikit menambah aroma menyegarkan pada kuahnya. 


Penutup yang manis, Es Setub Nanas. Terlihat sangat sederhana namun menyegarkan. Di dalamnya berisi potongan nata de coco, agar-agar merah, dan pastinya nanas. Terakhir ditambahkan es serut dan gula cair. Rasanya sedikit asam namun dominan manis dan kalau tidak salah ada sedikit aroma cengkihnya. Es Setub ini, satu hal di Murni 83 yang lagi-lagi membuat saya teringat kenangan lama. Saat membuat Es Setub di rumah, menggunakan buah kalengan yang saya dapat dari parsel hadiah hari raya. 

Setelah selesai menghabiskan pesanan, saya diajak mengobrol sedikit tentang Yogyakarta dan perkembangan dunia kulinernya, maklum Mas Dadad adalah orang dibalik akun instagram kuliner Java Foodie. Disela-sela obrolan, saya melihat ke sekitar ruang makan Murni 83, dan berbicara dalam hati, saya pasti akan sangat merindukan tempat makan yang nostalgik ini. Beserta rasa-rasa makanannya yang mengena di lidah saya. Saya berharap semoga tempat makan ini akan tetap eksis di Yogyakarta dan akan diteruskan oleh keturunannya sampai bertahun-tahun bahkan puluhan tahun lagi.

-

MURNI 83
Jl. Tukangan No.45, Tegal Panggung, Kec. Danurejan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55212

Jam Buka: 09.00-20.30 (Setiap Hari)



Komentar

Postingan Populer